Stress
B.
STRESS
1. Definisi
Stress
Menurut Wahjono (2010) stress adalah kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang.
Stress yang terlalu berat akan mengancam kemampuan seseorang dalam mengahadi
lingkungannya. Gejala-gejala stress biasanya sering marah, tidak dapat rileks,
agresi, tidak kooperatif dan pelariannya adalah minum alkohol, merokok secara
berlebihan, bahkan narkoba.
Menurut Robbins (2006) dalam Wahjono (2010) stress
merupakan kondisi dinamik yang didalamnya individu mengalami peluang, kendala,
atau tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat diinginkan dan yang hasilnya
dipersepsikan sebagai tidak pasti tepatnya penting. Stress dapat dilihat dari
sisi negatif maupun dari sisi positif. Dari sisi posisitf, stress merupakan
peluang bila stress menawarkan potensi perolehan dalam bentuk meningkatnya
kinerja. Robbins menyebut beberapa konsekuensi dari stress yang juga dapat
digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat stress dalam organisasi.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat stress tersebut
yaitu (1) gejala fisiologis, (2) gejala psikologis, (3) gejala perilaku.
2. Sumber-sumber
Stress
Ada beberapa faktor yang dididentifikasi sebagai
potensi sumber stress Menurut Whjono (2010) yaitu:
a.
Faktor
Lingkungan. Ketidakapstian lingkungan mempengaruhi perancangan struktur
organisasi, ketidakpastian juga mempengaruhi tingkat stress dikalangan para
karyawan dalam sebuah organisasi. Bentuk-bentuk ketidakpastian lingkungan ini
antara lain, ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian politik, ketidakpastian
tekhnologi, dan ketidakpastian keamanan.
b.
Faktor
Organisasi. Beberapa faktor organisasi yang menjadi potensi sumber stress
antara lain:
1)
Tuntutan
tugas dalam hal desain pekerjaan individu, kondisi kerja, dan tata letak kerja
fisik.
2)
Tuntutan
peran yang berhubungan, dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai
fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam sebuah organisasi.
3)
Tuntutan
antar pribadi, yang merupakan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain
seperti kurangnya dukungan sosial.
4)
Sruktur
organisasi yang menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat
aturan dan peraturan, dan dimana keputusan itu diambil.
5)
Kepemimpinan
organisasi yang terkait dengan gaya kepemimpinan atau manajerial dari eksekutif
senior organisasi.
c.
Faktor
Individu. Menyangkut dengan faktor-faktor dalam kehidupan pribadi individu.
Faktor tersebut antara lain persoalan keluarga, ekonomi, dan kepribadian.
3. Pendekatan
Stress
a.
Pendekatan
Individu
Banyak
orang tidak mengelola waktunya dengan baik. Hal-hal yang harus mereka
selesaikan dalam hari atau pekan tertentu seharusnya selesai jika mereka
mengelola waktu dengan baik. Beberapa prinsip pengelolaan waktu yang lebih
dikenal dengan: (1) membuat daftar harian dari kegiatan yang mau diselesaikan,
(2) memprioritaskan kegiatan menurut penting dan urgensinya, (3) menjadwalkan
kegiatan menurut perangkat prioritas, dan (4) mengethaui daur harian dan
menangani bagian yang paling menuntut dari pekerjaan. Pelatihan fisik
nonkompetitif seperti aerobik, berjalan, jogging,
berenang dan bersepeda telah lama direkomendasikan oleh para dokter sebagai
suatu cara untuk menangani tingkat stress yang berlebihan. Bentuk latihan fisik
ini meningkatkan kapasitas jantung, menurunkan laju detak jantung, memberikan
suatu pengalihan mental dari tekanan kerja dan menawarkan suatu cara untuk
melepas energy. Individu dapat melatih diri untuk mengurang ketegangan lewat
tekhnik pengenduran seperti meditasi, hipnosis, dan umpan balik hayati (biofeedback).
b.
Pendekatan
Organisasi
Penerapan pendekatan ini dalam sebuah perusahaan
dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu adanya perbaikan mekanisme seleksi
personil dan pendekatan kerja, pengunaan penetapan sasaran yang realitis,
adanya perancangan ulang pekerjaan yang dapat memberikan karyawan kendali yang
besar dalam pekerjaan yang mereka tekuni, adanya peningkatan keterlibatan
karyawan dalam pengambilan keputusan, adanya perbaikan komunikasi organisas
yang dapat mengurangi ambiguitas
peran dan konflik peran, dan penegakkan program kesejahteraan korporasi yang
memusatkan perhatian ppada keseluruhan kondisi fisik dan mental karyawan.
Sumber:
Ivancevich,
J. M., Konopaske, R., dan Matteson, M. T. (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Edisi ketujuh. Jilid 2.
Diterjemahkan oleh: Dharma Yuwono, S.Psi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Robbins,
S. P. (1996). Perilaku Organisasi:
Konsep, Kontrovesi, Aplikasi. Jilid 2. Diterjemahkan oleh: Dr. Hadyana
Pujaatmaka. Jakarta: Prenhallindo.
Wahjono,
S. I. (2010). Perilaku Organisasi.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Yuki, G.
A. dan Wexley, K. N. (2005). Perilaku
Organisasi dan Psikologi Personalia. Cetakan ketiga. Diterjemahkan oleh:
Drs. Muh. Shobaruddin. Jakarta: Rineka Cipta.
Komentar
Posting Komentar