Kesehatan Mental
1. Konsep Sehat berdasarkan Dimensi Emosi, Intelektual,
Sosial, Fisik, maupun Spiritual.
1. Dimensi
Emosi
Apalah guna jika kita
sehat secara fisik, tetapi secara emosi kita tidak bisa mengontrolnya, ibarat
kata seperti badan tanpa jiwa, ya memang terlihat kejam tapi seperti itulah
gambarannya. Emosi itu sendiri mudah sekali di pengaruhi oleh kondisi lingkungan,
salah satu ciri seseorang memiliki kematangan emosional adalah ketika dia sudah
mengenali seperti apa emosi dia, kemampuan dia untuk mengontrol emosinya, dan
bagaimana dia mengatasi permasalahan yang muncul ke diri dia.
2. Dimensi
Intelektual
Ada ungkapan yang
mengatakan bahwa kecerdasan seseorang dapat mempengaruhi tingkat emosi
seseorang, ungkapan seperti itu sepertinya memang benar adanya, karena
kecerdasan seseorang bisa terlihat dari bagaimana cara dia mengontrol emosi,
melihat realitas dari berbagai sudut pandang, dan kemampuan di dalam memecahkan
suatu permasalahan yang melibatkan emosi.
3. Dimensi
Sosial
Masih terkait dengan
emosi dan intelektual yang tak kalah penting adalah dimensi sosial kita,
seseorang dikatakan sehat secara mental apabila dia mampu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar, mempunyai hubungan baik dengannya, dan juga mampu bekerja
sama dengan lingkungannya.
4. Dimensi
Fisik
Kita tidak bisa
memungkiri bahwa jika kondisi kesehatan fisik kita sedang prima maka diharapkan
kita bisa mengontrol emosi kita, fisik itu sendiri dikatakan sehat apabila dia
secara fisiologis normal, tidak cacat, tidak mengalami suatu penyakit, dan
tidak memiliki kekurangan suatu apapun.
5. Dimensi
Spiritual
Dimensi spritual adalah kemampuan
seseorang untuk segala hal yang berkaitan dengan Agama / kepercayaan, bagaimana
dia menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan Yang Maha Esa.
Seseorang dapat dikatakan sehat secara mental apabila dia secara spiritual
baik, taat menjalankan perintah Tuhan dan mampu mengekspresikan rasa
syukur terhadap suatu nikmat pemberian Tuhan YME, maupun kemauan berserah diri
kepada Tuhan jika sedang mengalami suatu permasalahan yang sekiranya dia sudah
tidak sanggup lagi.
Ada
pula dimensi lain yaitu Dimensi Mental. Mental itu sendiri merupakan wadah dari
emosi dan spiritual, oleh sebab itulah apabila emosi dan spiritual seseorang
itu baik, maka dapat dikatakan dia memiliki mental yang juga baik.
Kesimpulan:
Setelah
mengetahui masing-masing penjelasan dimensi diatas, kita dapat menyimpulkan
bahwa dimensi tersebut berkaitan satu sama lain. Untuk mempunyai mental yang sehat,
manusia harus cukup pintar mengontrol emosinya sendiri. manusia yang mempunyai
intelektual tinggi biasanya bisa mengontrol emosinya dengan benar dengan melihat
realitas dari berbagai sudut pandang, dan kemampuan dalam memecahkan suatu
permasalahan yang melibatkan emosi. Manusia yang bertittle “Makhluk Sosial”
harus bisa menggunakan emosi secara tepat untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitar, mempunyai hubungan baik dengannya, dan juga mampu bekerja sama dengan
lingkungannya. Fisik normal dan prima pun juga mempengaruhi seseorang dalam
mengontrol emosi. Dan seseorang bisa dikatakan sehat secara mental apabila apabila
dia secara spiritual baik, taat menjalankan perintah Tuhan dan mampu
mengekspresikan rasa syukur terhadap suatu nikmat pemberian Tuhan YME, maupun
kemauan berserah diri kepada Tuhan jika sedang mengalami suatu permasalahan
yang sekiranya dia sudah tidak sanggup lagi.
2.
Teori Perkembangan Kepribadian dari Tokoh Erikson, Freud, dan Allport
1)
Teori
Perkembangan Menurut Erikson
Konsep Dasar Kepribadian
Erikson
Erik Erikson adalah seorang psikolog yang merupakan murid dari
Sigmund Freud seorang tokoh psikoanalitik. Erikson mengambil psikoanalitik
sebagai dasar teorinya namun ia mengikut sertakan pengaruh-pengaruh sosial
individu dalam perkembangannya. Berbeda dengan Freud yang berpendapat bahwa
pengalaman masa kanak-kanak, terutama di lima tahun awal, yang mempengaruhi
kepribdian seseorang ketika dewasa. Erikson berpendapat bahwa masa dewasa
bukanlah sebuah hasil dari pengalaman-pengalaman masa lalu tetapi merupakan
proses kelanjutan dari tahapan sebelumnya.
Erik Erikson membantah ide Freud yang mengatakan bahwa identitas
sudah ditentukan dan terbentuk sejak kanak-kanak, pada usia lima atau enam
tahun. Erikson berpendapat bahwa pembentukan identitas merupakan proses yang
berlangsung seumur hidup.
Manusia adalah makhluk yang unik dan menerapkan sistem terbuka
serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan
sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, untuk mencapai kepuasana
dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif .
Konsep dasar kepribadian manusia menurut Erik Erikson tidak hanya
dipengaruhi oleh keinginan/dorongan dari dalam diri individu, tapi juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, seperti adat, budaya, dan lingkungan
tempat dimana kepribadian individu berkembang dengan menghadapi serangkaian
tahapan-tahapan sejak manusia lahir (bayi) hingga memasuki usila lanjut usia
(masa dewasa akhir).
Struktur Kepribadian
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa Erikson dalam
mengembangkan teorinya mengambil dasar dari teori psikoanalitik Freud, namun
Erik Erikson tidak sependapat dengan Freud yang mengatakan bahwa reaksi
masa dewasa adalah hasil dari pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, khususnya
di usia 5 sampai 6 tahun awal.
Menurut Erikson, lingkungan di mana anak hidup sangat penting
untuk memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas.
Erik Erikson percaya bahwa setiap manusia berjalan melalui sejumlah tahap untuk
mencapai pembangunan penuhnya, berteori delapan tahap, bahwa manusia melewati
dari lahir sampai mati.
Erikson berpendapat bahwa kepribadian manusia tidaklah didorong
oleh energi dari dalam, melainkan untuk merespon rangsangan yang berbeda-beda,
misalnya indvidu dalam kehidupannya perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Menurut Erikson egolah yang mengembangkan segala sesuatunya. Misalnya kemampuan
individu, keadaan dirinya, hubungan sosialnya dan penyaluran minatnya. Seorang
individu haruslah memiliki ego yang sehat dan kuat guna merespon kondisi
lingkungan sebagai salah satu proses beradaptasi.
Erikson menguraikan tahap genital Freud menjadi remaja dan menambahkan
tiga tahap dewasa. Janda Joan Serson Erikson menguraikan pada model sebelum
kematiannya, menambahkan tahap kesembilan (umur tua) itu, dengan
mempertimbangkan harapan hidup meningkat di budaya Barat. Erikson adalah
Neo-Freudian, digambarkan sebagai seorang psikolog ego mempelajari tahap
pembangunan yang mencakup seluruh siklus hidup. Setiap tahap Erikson
pengembangan psikososial ditandai oleh konflik, untuk yang resolusi sukses akan
menghasilkan hasil yang menguntungkan, misalnya, kepercayaan vs ketidakpercayaan
dan oleh sebuah peristiwa penting, konflik ini terselesaikan sendiri.
Proses Perkembangan
Kepribadian
Proses perkembangan kepribadian menurut Erik Erikson adalah sebuah
proses yang berlangsung sejak masa bayi hingga usia lanjut. Proses perkembangan
kepribadian tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (dorongan dari
dalam diri) tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang ada
dilingkungan dimana individu tumbuh dan berkembang.
Menurut Erikson, kepribadian (terutama focus Erikson pada
identitas) berkembang melalui 8 tahap yang saling berurutan sepanjang hidup.
Tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Erikson ini menggunakan
tahapan perkembangan psikoseksual Freud sebagai dasar teorinya, hal ini
terlihat dari lima tahapan pertama yang Erikson ajukan memperlihatkan krisis
ego yang sama dengan tahapan psikoanalitik Freud.
Dalam setiap tahapan, Erikson percaya setiap orang akan mengalami
konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson
berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi
atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi
pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan.
2)
Teori
Perkembangan Menurut Freud
Freud
merupakan psikolog pertama yang menekankan aspek-aspek perkembangan kepribadian
dan terutama menekankan peranan menentukan dari tahun-tahun awal masa bayi dan
kanak-kanak dalam meletakkan struktur watak dasar sang pribadi. Kepribadian
berkembang sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yakni :
1)
proses-proses pertumbuhan fisiologis
2)
frustasi-frustasi
3)
konflik-konflik
4)
ancaman-ancaman.
Identifikasi
dan pemindahan (displacement) adalah dua cara yang digunakan individu untuk
belajar mengatasi frustasi-frustasi, konflik-konflik, dan kecemasan-kecemasan.
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang
digunakan orang untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikannya
bagian yang tak terpisahkan dari kepribadiannya sendiri. Orang belajar
mereduksikan tegangan dengan cara bertingkah laku seperti tingkah laku orang
lain. Freud lebih suka memakai istilah identifikasi daripada imitasi karena ia
berpendapa bahwa imitasi mengandung arti sejenis peniruan tingkah laku yang
bersifat dangkal dan sementara padahal ia menginginkan suatu kata mengandung
pengertian tentang sejenis pemerolehan (acquisition) yang kurang lebih bersifat
permanen pada kepribadian.
Anak mengidentifikasikan diri dengan orangtuanya
karena orangtuanya tampak mahakuasa, sekurang-kurangnya selama tahun-tahun masa
kanak-kanak awal. Ketika anak-anak bertambah beasar, mereka menemukan
orang-orang lain yang prestasi-prestasinya lebih sejalan dengan hasrat-hasrat
baru mereka untuk diidentifikasi. Terdapat coba-coba (trial and error) dalam
proses identifikasi karena baisanya orang tidak tahu dengan psti apa yang
terdapat pada orang lain yang menyebabkan keberhasilannya. Ujain terakhir
adalah apakah identifikasi itu membantu mereduksikantegangan; jika ya maka
kualitas itu diambil alih, kalau tidak, maka akan dibuang. Orang –orang dapat
mengidentifikasikan diri dengan bintang-bintang, tokoh khayalan,
lembaga-lembaga, gagasan-gagasan abstrak, benda-benda mati maupun
manusia–manusia lain.
Apabila objek asli yang dipilih insting tidak dapat
dicapai karena adanya rintangan baik dari luar maupun dari dalam (anti
kateksis), maka suatu kateksis yang baru akan terbentuk, kecuali jika terjadi
suatu represi yang kuat. Apabila kateksis yang baru itu juga terhalang, maka
akan terjadi pemindahan lain, demikian seterusnya, sampai ditemukan objek yang
mampu sedikit mengurangi tegangan yang tak tersalukan. Suatu pemindahan yang
menghasilkan prestasi kebudayaan yang lebih tinggi disebut sublimasi.
Tahap – tahap perkembangan.
Anak
melewati serangkaian tahap yang secara dinamis berlainan selama lima
tahun pertama kehidupan, kemudian selam sautu periode lima atau enam tahun
berikutnya – periode laten dinamika tersebut kurang lebih menjadi stabil.
Dengan datangnya masa adolesen, dinamika itu muncul lagi kemudian secara
bertahapan menjadi tenang ketika remaja memasuki masa dewasa. Bagi Freud
tahun-tahun pertama kehidupan yang hanya beberapa itu memiliki peranan yang
menentukan bagi pembentukan kepribadian. Masing-masing tahap perkembangan
selama lima tahun pertama ditentukan oleh cara-cara reaksi suatu zona tubuh
tertentu. Selama tahap pertama, yang berlangsung selama kira-kira satu tahun,
mulut merupakan daerah pokok kegiatan dinamik. Tahap oral disusul
dengan berkembangnya kateksis dan antikateksis disekitar fungsi-fungsi
eliminasi, dan disebut tahap anal. Tahap ini berakhir pada tahun kedua dan
disusul dengan tahap phalik di mana organ-organ seks merupakan
zona-zona erogen terpenting.
Tahap-tahap ini yakni oral, anal dan phalik disebut tahap-tahap
pragenital. Munculnya kembali dinamika pada masa adolesen yang dinamis
mengaktifkan kembali impuls-impuls pragenital. Apabila impuls-impuls ini
berhasil dipindahkan dan disublimasikan oleh ego maka sampailah orang pada
tahap kematangan yang merupakan tahap akhir, yakni tahap genital.
tahapan perkembangan kepribadian oleh Erikson:
1) Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
· Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan
· Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
· Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak.
· Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.
2) Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
· Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
· Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
· Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.
· Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
· Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
3) Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
· Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
· Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.
· Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
· Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
· Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.
4) Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
· Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
· Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
· Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun perasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
· Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
· Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-pengalaman baru.
· Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
· Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
· Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.
5) Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
· Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
· Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
· Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).
· Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa –pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus.
· Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai.
· Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
· Namun bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
· Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.
6) Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
· Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
· Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain.
· Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
· Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.
· Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.
7) Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
· Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun).
· Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
· Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.
· Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.
8) Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
· Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun)
· Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
· Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
· Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa
· Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
· Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.
3)
Teori
Perkembangan Menurut Allport
Gordon W. Allport adalah tokoh psikologi
yang menentang psikoanalisa, ia adalah tokoh yang memberikan sumbangan besar
dalam kamus psikologi. Ia banyak menemukan kata-kata yang berhubungan dengan
sifat. Ia juga dianggap sebagai bapak Psikologi Kepribadian dari Amerika.
Komponen Kepribadian
Menurut Gordon W. Allport, kepribadian
adalah sesuatu yang unik dan dimiliki masing-masing pribadi.
Ia mengatakan bahwa manusia itu dipengaruhi oleh
kesadarannya yang meliputi 3 komponen berikut :
· Dynamic Organization
Komponen ini menyatakan bahwa kepribadian itu
mengalami perkembangan dan perubahan.
·
Psychophysical System
Komponen ini menyatakan bahwa kepribadian bukan
hanya suatu hal yang tersirat namun kepribadian adalah hal yang nyata dan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
·
Determine
Komponen ini menyatakan bahwa kepribadian bukan
hanya suatu konsep namun ia dapat mengerjakan sesuatu dan mempengaruhi tingkah
laku seseorang
Sturuktur Kepribadian
1) Sifat (Trait)
Di dalam kepribadian terdapat sifat dasar yakni : (Nyata, Berkembang, Fleksibel, Empirik dan Kemandirian yang relatif). Nah dari 5 sifat dasar ini, terdapat sifat umum dan sifat khusus yang berkembang pada tiap-tipa sifat dasar.
2) Traits-Habit-Atitud
Dalam struktur ini, dinyatkan bahwa kepribadian dapat dibentuk karena sifat dasar, kebiasaan, sikap dalam menghadapi sesuatu, dan kategori nomotetik.
3) Trait dan Konsistensi Pribadi
Stuktur ini mengarah pada praktikum stimulus-respon. dia membagi atas 3 trait didalamnya. yaitu (gregorius=suka berteman);(shyness=pemalu) dan (self esteem=kepercayaan diri).
4) Propium
propium ini adalah struktur yang membahas tentang perkembangan baik itu dalamPemosi, kecakapan individu, kemampuan persepsi dan tujuan hidup seseorang. Perkembangannya sama dengan perkembangan sigmund freud, ia membaginya dalam 5 tahap yaitu Oral, Anal, Phalic, Laten dan Genital.
5) Motivasi
3) Trait dan Konsistensi Pribadi
Stuktur ini mengarah pada praktikum stimulus-respon. dia membagi atas 3 trait didalamnya. yaitu (gregorius=suka berteman);(shyness=pemalu) dan (self esteem=kepercayaan diri).
4) Propium
propium ini adalah struktur yang membahas tentang perkembangan baik itu dalamPemosi, kecakapan individu, kemampuan persepsi dan tujuan hidup seseorang. Perkembangannya sama dengan perkembangan sigmund freud, ia membaginya dalam 5 tahap yaitu Oral, Anal, Phalic, Laten dan Genital.
5) Motivasi
Kekuatan dari stuktur notivasi dalam pribadi menurut Gordon allport berbeda dengan yang lain, dimana ia mengatakan bahwa yang paling menunjang dala motivasi ialah kemampuan kognitif dan perencanaan hidup. Dari dua hal itu, ia mampu membentuk motivasi dalam dirinya karena ia telah memiliki kemampuan kognitif dan perencanaan.
6) Otonomi Fungsional
Otonomi fungsional adalah struktur yang membahas tentang keanekaragaman pribadi. Kenapa ada yang suka membaca? Kenapa ada yang suka Melukis? itulah yang disebut dengan keanekaragaman pribadi yang dibagi dalam dua tingkat otonomi yaitu: Kebiasaan dan Minat. Kebiasaan adalah struktur yang terbentuk dari keterikatan lingkungan kita. Misalnya jika kita tinggal di lingkungan yang banyak pemain bola, maka kita akan ikut juga untuk bermain bola, sedangkan Minat adalah stuktur yang terbentuk dari kesadaran akan target yang kita inginkan.
6) Otonomi Fungsional
Otonomi fungsional adalah struktur yang membahas tentang keanekaragaman pribadi. Kenapa ada yang suka membaca? Kenapa ada yang suka Melukis? itulah yang disebut dengan keanekaragaman pribadi yang dibagi dalam dua tingkat otonomi yaitu: Kebiasaan dan Minat. Kebiasaan adalah struktur yang terbentuk dari keterikatan lingkungan kita. Misalnya jika kita tinggal di lingkungan yang banyak pemain bola, maka kita akan ikut juga untuk bermain bola, sedangkan Minat adalah stuktur yang terbentuk dari kesadaran akan target yang kita inginkan.
Komentar
Posting Komentar