Artikel tentang Stress


Benarlah, bahwa hidup di hari-hari akhir zaman ini bagai memegang bara api. Alangkah panas dan terasa tak sanggup menggenggamnya erat-erat. Hampir tiap kita mengetahui, bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara. Dan tentu alangkah dungu bila seorang musafir justru terlena di tempat persinggahan menghabiskan bekal dan bersantai-santai riya, sementara tujuan utama yaitu negeri akhirat terlupakan begitu saja.
Ya.. kita memang tersibukkan oleh aktivitas dunia sedari membuka mata di pagi buta hingga menutup mata kembali di malam gelap gulita. Letih sekali rasa hati. Dunia saat dikejar, makin kita berlari, makin ia menghindar. Maka retweet untuk do’a syahdu Abu Bakar r.a., “ Yaa Allah, jadikanlah dunia ini di tanganku, dan jadikan akhirat di hatiku”. Hal ini mengisyaratkan Abu Bakar mengerti bahwa dunia tak boleh menguasai hatinya. Ia tak boleh diperalat oleh dunia. 
Hingga suatu ketika berkatalah Mu’awiyah r.a., “Abu Bakar adalah orang yang berpaling dari dunia dan dunia pun berpaling dari dirinya. Adapun Umar, dialah orang yang tak sudi pada dunia, tapi dunia datang bersimpuh menghiba di kakinya. Adapun kita adalah para pemburu dunia, yang kadang memperolehnya dan kadang ia pun luput dari kita.”
            Benar.. berbicara tentang dunia, tak akan temukan titiknya. Oleh karenanya, agar tidak meluas, memanjang dan melebar. Mari berbicara tentang hal spesifik dari dampak disibukkannya seseorang oleh dunia.. penyakit psikis ini kita sebut STRESS.
Penyakit ini sangat sering ditemui. Ia sederhana, tapi adalah hasil dari berbagai pikiran negatif yang kompleks. Ia tak pilih sesiapa untuk diakrabi. Tak terkecuali para dokter, psikolog atau mahasiswa seperti kami sekalipun. Saat merasa sesak nafas, tenggorokan seperti ditekan, jantung berdebar dan kaki terasa lemas. Jangan dulu membayangkan berbagai penyakit kronis. Mungkin, kita sedang dijangkit stress.
            Seperti kisah lucu satu ini yang benar-benar terjadi pada penulis sebulan lalu. Saat laporan observasi dan wawancara terasa menghantui dan mengejar-ngejar dalam mimpi, agaknya yang galau memang bukan penulis seorang diri, tapi ini stress masal anak Psikologi tingkat 3 Gunadarma ^^ penulis sendiri telah berhari-hari tidur tak teratur, sesekali mulai merasa sesak di dada, tenggorokan seperti di tekan, dan kaki terasa lemas berhari-hari. Hingga akhirnya penulis memutuskan untuk pergi ke Puskesmas, setelah diperiksa dan ditanya oleh dokter mengenai keluhan yang dirasa, keluarlah pertanyaan akhir sekaligus diagnosa dokter “mbak lagi stress ya?”. Maakkk jleebbb!!! :D
Ahh.. teringatlah pada kekata Ust. Fauzil Adhim “memang saat stress menyapa kadang kala kita butuh spasi atas rutinitas sehari-hari yang terus memacu kita untuk berlari, kita perlu mengambil jarak sejenak dari kesibukan yang membuat jiwa dan badan kita penat. Ada saat-saat ketika kita harus menemukan keheningan disaat bertambahnya berbagai ambisi, namun tidak menambah kedamaian dan ketenangan di hati kita. Ada saat-saat ketika kita perlu berdiam diri sejenak di saat bertambahnya kesibukan kita, justru semakin menyibukkan hati dan pikiran kita dari hiruk pikuknya dunia yang sesak. Ada saat-saat ketika kita perlu bertanya tentang iman kita dengan memerhatikan amalan kita”.
Maka ketika stress menghantui, mari lirik lagi kepada ambisi, cita, mimpi, idealisme diri dan pekerjaan yang kita geluti. Adakah ia jalan tuk mencari ridho-Nya? Adakah Allah motivasinya? Adakah surga akhirnya? Bila memang iya, tentu hanya dengan mengingatNya hati menjadi tenang :')

Dan ketika telah temukan jawab dari berbagai tanya diatas, perbaikan diri makin tak henti, ketenangan membersamai aktivitas tiap hari, dunia tak lagi di hati, Allah muara di tiap mimpi, dan tentunya stress dihadapi dengan solusi Islami. ^^

Komentar

Postingan Populer