Stress

Stres merupakan kondisi psikofisik yang ada dalam diri setiap orang. Artinya stres dialami oleh setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau status sosial ekonomi. Stres bisa dialami oleh bayi, anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Bahkan mungkin stres juga dialami oleh makhluk hidup lainnya.
Stres dapat berpengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif, mendorong orang untuk membangkitkan kesadaran dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negatif, menimbulkan perasaan-perasaan tidak nyaman, tidak percaya diri, penolakan, marah, depresi, dan memicu sakit kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi atau stroke. Stres pada anak yang berkepanjangan akan berpengaruh negatif pada pertumbuhan kepribadiannya, yaitu kurang percaya diri dan takut melakukan sesuatu


A.    Pengertian Stress
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
  • Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang. 
  • Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
  • Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor. 
  • Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
  • Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.

B.     Jenis-jenis Stress
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
a)      Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
b)       Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

C.     Aspek Stress
a)      Stimulus
Keadaan/situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stressor menjadi tiga :
·         Keadaan kronis, contoh hidup dalam keadaan suasana yang bising
·         Peristiwa hidup yang penting, contoh : kehilangan seseorang yang disayangi.
·         Peristiwa katastropik, contoh : gempa bumi
b)      Respon
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Terdapat dua komponen yang saling berhubungan, komponen Fisiologis dan komponen Psikologis. Dimana kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.
·         Komponen Fisiologis, misalnya detak jantung, sakit perut, keringat.
·         Komponen psikologis, misalnya pola berfikir dan emosi
c)      Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain ditambah dengan satu dimensi yang peting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu yang disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia dengan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.

D.     Penyebab Stress
Stres dapat terjadi karena: (1) fisik-biologik, penyakit sulit disembuhkan, cacat fisik, merasa penampilan kurang menarik; (2) psikologik, negatif thinking , sikap permusuhan, iri hati, dendan dan sejenisnya; (3) sosial: (a ) kehidupan keluarga yang tidak harmonis; (b) faktor pekerjaan; (c) iklim lingkungan.
Penyebab Stres yang bukan bersumber dari pekerjaan: (1) Ttime based confict, konflik terjadi karena menyeimbangkan tuntutan waktuantara pekerjaan dengan tugas rumah tangga, misalnya wanita yang berperan ganda; (2) Strain based conflict, terjadi ketika stres dari sumber meluap melebihi kemampuan yang dimiliki orang tersebut, misalnya kematian suami atau isteri; (3)Role behavior conflict, tiap karyawan memiliki peran dalam pekerjaan, Ia juga dituntut lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan tuntutan pekerjaan; (4) Stres karena adanya perbedaan individu.
Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas empat hal utama, yakni:
·         Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.
·         Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
·         Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup.
·         Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.
                                                                                     
Terdapat 4 penyebab stres (stresor) menurut Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) serta Evans dan Cohen (dalam Veitch & Arkkelin) :
·         Fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir dsb.
·         Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic, meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit sepeti respon terhadap penyakit atau kematian serta ketika seseorang kena PHK.
·         Daily hassles, masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakkan atau kebisingan.
·         Ambient Stresor, yang terdiri dari kondisi-kondisi yang dilatarbelakangi oleh lingkungan seperti kemiskinan, konflik keluarga.

E.     Klasifikasi Stress
a)      Stres Akut (Acute Stress) merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umunya dikenal dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan (fight or flight). Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah dianggap sebagai suatu bahaya. Penyebab-penyebab stres akut antara lain:
Kebisingan
Keramaian
Lapar
Bahaya
Infeksi
bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa berbahaya (mengerikan).
     
Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah dilalui, suatu respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat hormon stres kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon relaksasi (relaxation response).
b)      Stres Kronis (Chronic Stress). Kehidupan modern menciptakan situasi stres berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab umum stres kronis antara lain:
·         kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus,
·         problem-problem hubungan jangka panjang,
·         kesepian, dan
·         kekhawatiran finansial yang terus-menerus.

F.      Mengelola Stres
1.    Coping
Mengelola stres disebut dengan istilah coping. Menurut R.S. Lazarus coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang diduga sebagai beban karena di luar kemampuan individu. Coping terdiri atas upaya-upaya yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis (seperti menuntaskan, tabah, mengurangi atau meminimalkan) tuntutan internal dan eksternal. Adapun menurut Weiten dan Lloyd (dalam Syamyu Yusuf, 2009: 128) coping  merupakan upaya-upya untuk mengatasi, mengurangi atau mentoleransi beban perasaan yang tercipta karena stres.
Faktor-faktor yang mempengaruhi coping:
a)      Dukungan sosial. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai “bantuan dari orang lain yang memiliki kedekatan (orang tua, suami/isteri, saudara atau teman) terhadap seseorang yang mengalami stres. Dukungan sosial memiliki empat fungsi: (a) sebagai emotional support, meliputi pemberian curahan kasih sayang, perhatian dan kepedulian; (b) sebagai appraisal support, meliputi bantuan orang lain untuk menilai dan mengembangkan kesadaran akan masalah yang dihadapi, termasuk usaha-usaha mengklarifikasi dan memberikan umpan balik tentang hikmah di balik masalah tersebut; (c) sebagai informational support, meliputi nasehat/pengarahan dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan masalah; (d) sebagai instrumental support, meliputi bantuan material, seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang dan menyertai kunjungan ke biro layanan sosial.
b)      Kepribadian. Kepribadian seseorang cukup besar pengaruhnya terhadap coping atau usaha-usaha dalam menghadapi atau mengelola stres. Adapun tipe-tipe kepribadian yang berpengaruh terhadap coping adalah sebagai berikut: (1) Hardiness (ketabahan, daya tahan) yaitu tipe kepribadian yang ditandai dengan sikap komitmen, internal locus controldan kesadaran akan tantangan (challenge); (2) Optimisme, yaitu kecenderungan umum untuk mengharapkan hasil-hasil yang baik atau sesuai harapan; (3) Humoris

2.    Selalu Berfikir Positif (Positive Thinking)
Seseorang yang mengalami stres perlu kita berikan bantuan agar mereka terhindar dari persaan tersebut, dengan selalu berpikir positif (positive thinking).
Menurut Al-Faqi (2009) ada tujuh prinsip dasar berpikir positif, yaitu:
a)      Problematika hanya ada di dalam persepsi. Realitas tak lain hanyalah apa yang ada dalam persepsi Anda. Kalau Anda ingin merubah realitas hidup Anda, mulailah dengan merubah persepsi Anda.
b)      Jangan biarkan masalah tetap berada di tempat yang Anda temui. Yang terpenting bukan apa yang terjadi pada Anda, tetapi pada apa yang akan Anda lakukan karena apa yang terjadi pada Anda (Robert Schuer)
c)       Jangan jadi masalah pisahkan Anda dengan masalah. Tidak ada masalah yang akal manusia tidak bisa menemukan jalan keluarnya (Polter).
d)      Belajar dari masa lalu, hidup masa sekarang, tentukan target masa depan. Masa lalu   hanya kenangan dan masa depan tak lain hanyalah perkiraan. Penuhlilah hidup Anda saat ini dengan cinta Allah, maka masa lalu Anda akan menjadi kenangan indah dan masa depan Anda menjadi perkiraan penuh harapan.
e)      Selalu ada nila spiritual dalam setiap problematika hidup. “Siapa yang bertaqwa kepada Allah akan diberi jalan keluar dan akan diberi rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS. At-Thalaq: 4).
f)       Perubahan pikiran dengan berbagai alternatif akan merubah realitas dan pikiran yang akan memunculkan realitas baru pula.
g)      Allah tidak menutup satu pintu kecuali membukakan pintu yang lain yang lebih baik. Terkadang Allah menutup suatu pintu dihadapan kita untuk membuka pintu lain yang lebih baik. Akan tetapi kebanyakan orang hanya memusatkan perhatiannya pada pintu yang tertutup itu tanpa mau melirik pintu penuh harapan yang telah terbuka di sisi lain hidupnya.
Strategi berpikir positif. Pemikir adalah orang yang membuat pikiran dan pikiran menyebabkan tindakan berpikir. Berpikir menjadikan konsentrasi, konsentrasi menimbulkan perasaan, perasaan menyebabkan perilaku, perilaku menimbulkan hasil, dan hasil menentukan realitas hidup. Bila Anda ingin hidup Anda benar-benar berubah, rubahlah  realitas Anda sebagai pemikir.
Strategi keteladanan. “Sesungguhnya telah  ada  pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (QS. Al-Ahzab: 21).
Strategi berkaca pada orang lain. Kita tidak melihat sesuatu sebagaimana adanya Ia. Kita melihat sebagaimana yang kita pahami tentangnya (Socrates).
Strategi merubah konsentrasi dan fokus. Semua orang besar akan tetap menjadi orang besar. Setiap orang sukses pun akan selalu menjadi orang sukses, yaitu orang yang selalu mengerahkan perhatian dan kemampuannya untuk target positif dan pasti (Mordel).
Strategi pasang surut. Setiap hari berbuatlah untuk menurunkan porsi apa yang tidak Anda inginkan dan menaikkan porsi apa yang Anda inginkan. Lakukan terus sampai apa yang tidak Anda inginkan hilang dari hidup Anda dan yang tertinggal hanya apa yang ingin Anda dapatkan dalam hidup. Pikiran negatif diperkecil dan pikiran positif diperbesar/diperluas.

3.    Tersenyum
Senyum yang terlihat sederhana akan mampu menciptakan kekuatan (power). Senyuman yang kadang dianggap sebagian orang merupakan hal yang tidak penting dan sangat sepele, namun tanpa kita sadari mampu memunculkan sesuatu yang luar biasa. Senyum merupakan ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau kedua ujungnya atau pula di sekitar mata.
Kebanyakan orang tersenyum untuk menampilkan rasa bahagia dan senang. Apabila seseorang tersenyum, maka wajahnya akan kelihatan lebih menarik, menyenangkan dan nyaman untuk dipandang, daripada ketika Ia sedang dalam kondisi biasa atau bahkan ketika sedang marah. Senyum juga merupakan simbul perdamaian dan persahabatan (Thobrani, 2010).
Dalam ajaran Islam memberi senyuman kepada orang lain bernialai ibadah, karena tersenyum kepada orang lain sama dengan bersedekah, tentu saja senyum yang tulus. Suatu saat ketika Anda tidak tahu harus berbuat apa ? atau memberi apa kepada orang lain, Anda masih punya senyuman, maka tersenyumlah. Yakinlah bahwa setiap senyuman membawa manfaat. Senyum membuat pikiran lebih jernih, segar dan terhindar dari stres.

4.    Relaksasi, yaitu upaya pengurangan ketegangan: (1) relaksasi ketegangan otot; (2) relaksasi kesadaran  indera; (3) melalui yoga, meditasi, transendensi/relegius.

Pengalaman Pribadi.
Stress yang pernah saya alami pada saat ditinggal ibu untuk melakukan operasi selama seminggu. Saya jatuh sakit mungkin karena terlalu cape harus mengurus adik perempuan, menyiapkan untuk belajar Ujian Utama, menyiapkan makan, membersihkan ruma

Komentar

Postingan Populer